PT Bank Seabank Indonesia, bank digital yang berada di bawah kendali Sea Limited, memiliki aset yang mengesankan, menjadikannya bank digital terbesar di Indonesia. Dengan aset senilai Rp 33,27 triliun per Februari 2024, Seabank telah mengukuhkan posisinya sebagai pemimpin pasar.

Pangsa Pasar: Dominasi dan Tantangan

  1. PT Bank Jago Tbk. dan PT Bank Neo Commerce Tbk.: Peran Sekunder Bank-bank seperti PT Bank Jago Tbk. (ARTO) dan PT Bank Neo Commerce Tbk. muncul sebagai pesaing utama, dengan aset masing-masing sebesar Rp 21,48 triliun dan Rp 18,34 triliun. Namun, tetap terpaut jauh dari dominasi Seabank.
  2. Peserta Lain dalam Arena Digital: Tantangan yang Dihadapi PT Bank Digital BCA, PT Bank Raya Indonesia Tbk. (AGRO), dan PT Allo Bank Indonesia Tbk. juga turut serta dalam kompetisi ini, meski dengan pangsa pasar yang lebih kecil. Aset mereka masing-masing adalah Rp 13,56 triliun, Rp 12,38 triliun, dan Rp 12,36 triliun.

Strategi Sukses: Kredit dan Kemitraan

  1. Kenaikan Aset Seabank: Strategi dan Kolaborasi Kenaikan pesat dalam aset Seabank sebagian besar disebabkan oleh strategi agresif perusahaan untuk menyalurkan kredit melalui kerja sama dengan Shopee dan SPaylater sejak 2021.
  2. Portofolio Kredit: Dominasi Digital Menurut Laporan Tahunan Seabank 2022, hampir semua portofolio kreditnya berasal dari kredit digital. Model kredit konvensional hanya menyumbang sebagian kecil dari total kredit yang disalurkan.

Kinerja Keuangan: Tantangan dan Potensi

  1. Pendapatan yang Mengesankan: Lonjakan Pendapatan Pendapatan Seabank melonjak signifikan menjadi Rp507 miliar per Februari 2024, memunculkan angka tertinggi di antara bank digital lainnya.
  2. Tantangan Profitabilitas: Laba Bersih Tertinggi? Meskipun pendapatan meningkat, Seabank belum mampu mencapai tingkat profitabilitas tertinggi. Allo Bank, dengan portofolio kredit yang lebih kecil, berhasil mencetak laba bersih yang lebih tinggi.

Resiko dan Kendala

  1. Resiko Kredit: Tantangan Terbesar Dengan model bisnis yang mengandalkan ekosistem Shopee. Seabank berisiko menghadapi tingkat risiko kredit yang lebih tinggi, sesuai dengan POJK Nomor 18/POJK.03/2016.
  2. Beban Impairment: Tantangan Keuangan Beban impairment Seabank mencapai Rp 876,02 miliar per Februari 2024, sementara Allo Bank hanya mencatat Rp 2,5 miliar. Hal ini menunjukkan bahwa Seabank menghadapi tantangan besar dalam mengelola asetnya.

Tantangan dan Peluang di Masa Depan

  1. Penyaluran Kredit yang Melambat: Tantangan Pertumbuhan Meskipun pertumbuhan penyaluran kredit Seabank melambat, tantangan utama adalah untuk menjaga pertumbuhan ini tetap stabil.
  2. Tantangan dari Regulasi: Penyesuaian dan Kepatuhan Regulasi yang ketat, seperti POJK 77 Tahun 2022 dan Surat Edaran No. 19/SEOJK.06/2023. Menuntut adanya penyesuaian dan kepatuhan dari bank digital, termasuk Seabank, dalam mengelola bisnis mereka.

Baca Juga : Convert Pulsa Terpercya

Dengan dominasi pasar yang kuat dan strategi yang terus berkembang, Seabank Indonesia tetap menjadi pemain utama dalam industri perbankan digital, meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan dan risiko.