Perubahan gaya hidup digital yang semakin masif membuat sektor telekomunikasi tetap menjadi sorotan investor. Salah satu emiten besar di sektor ini, PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), kerap dijuluki sebagai saham “blue chip” yang stabil dan menguntungkan. Namun, seiring waktu, muncul pertanyaan: apakah TLKM masih layak dipertahankan dalam portofolio investasi, terutama di tengah arus digitalisasi yang makin cepat?

Transformasi Digital Jadi Fokus Utama

Langkah strategis Telkom dalam mendukung digitalisasi nasional terlihat dari peningkatan investasi mereka di bidang infrastruktur dan layanan digital. Melalui anak perusahaannya, Telkomsel, perusahaan terus mengembangkan layanan beyond connectivity, seperti cloud, data center, hingga layanan keuangan digital lewat Telkomsel Mitra Inovasi.

Investasi ini bukan tanpa alasan. Berdasarkan data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), penetrasi internet di Indonesia telah mencapai lebih dari 77%, dan kebutuhan akan layanan internet cepat menjadi kebutuhan primer masyarakat. Telkom melihat peluang ini sebagai lompatan bisnis jangka panjang.

Pendapatan dari Layanan Digital Terus Tumbuh

Jika dahulu layanan suara dan SMS mendominasi sumber pendapatan, kini kontribusi terbesar berasal dari internet dan layanan digital. Dalam laporan keuangan kuartal terakhir, Telkom mencatat pertumbuhan pendapatan yang signifikan dari lini bisnis digital, termasuk IndiHome dan bisnis enterprise.

Salah satu penopang utamanya adalah pertumbuhan pelanggan fixed broadband serta perluasan jaringan fiber optik di wilayah Indonesia bagian timur. Langkah ini memperluas akses ke layanan internet cepat dan memperkuat posisi Telkom sebagai pemimpin pasar di sektor broadband.

perbandingan pertumbuhan pendapatan tlkm (2019-2023)

perbandingan pertumbuhan pendapatan tlkm (2019-2023)

Potensi dan Tantangan ke Depan

Meski potensinya besar, Telkom tetap menghadapi tantangan. Persaingan dengan operator lain seperti XL Axiata dan Indosat Ooredoo Hutchison semakin ketat, terutama dalam hal layanan data dan harga. Selain itu, meningkatnya kebutuhan belanja modal (capex) untuk menjaga dan mengembangkan infrastruktur digital bisa menjadi tekanan terhadap margin keuntungan.

Namun, Telkom menjawab tantangan ini dengan efisiensi operasional dan diversifikasi bisnis. Misalnya, upaya spin-off IndiHome ke Telkomsel dinilai mampu meningkatkan sinergi layanan dan efisiensi biaya, sekaligus memperluas jangkauan pasar.

Minat Investor Masih Tinggi

Di pasar modal, saham TLKM tetap diminati. Ini terlihat dari kepemilikan investor institusi yang stabil, termasuk dari luar negeri. Dividen yang rutin dibagikan setiap tahun juga menjadi daya tarik tersendiri bagi investor jangka panjang yang mengincar pendapatan pasif.

Selain itu, stabilitas fundamental perusahaan, posisi kas yang kuat, serta prospek pertumbuhan di sektor digital membuat TLKM tetap menjadi salah satu pilihan utama di sektor telekomunikasi.

Baca juga: Aplikasi Saham: Panduan Memulai Investasi Saham

Kesimpulan

Dalam menghadapi era digital, TLKM telah membuktikan kemampuannya untuk beradaptasi dan tumbuh secara berkelanjutan. Fokus pada layanan digital dan infrastruktur menjadikan Telkom lebih dari sekadar penyedia layanan komunikasi tradisional. Bagi investor yang mengincar saham dengan fundamental kuat dan prospek jangka panjang, TLKM masih layak untuk dipertimbangkan.